Blog kimia organik
1.
Mengapa
reaksi bersaing antara subsitusi dan eliminasi bisa terjadi? Jelaskan?
Jawab: Persaingan Substitusi Dan Eliminasi ditinjau reaksi antara alkil halida dengan kalium
hidroksida yang dilarutkan dalam metil alkohol. Nukleofilnya adalah ion
hidroksida, OH-, yaitu nukleofil kuat dan sekaligus adalah basa kuat. Pelarut
alkohol kurang polar jika dibandingkan dengan air. Keadaan-keadaan ini
menguntungkan proses-proses SN2 dan E2 jika dibandingkan dengan SN1 dan E1.
Misalnya, gugus alkil pada alkil halida adalah primer, yaitu 1-bromobutana.
Kedua proses dapat terjadi.
Hasilnya adalah campuran 1-butanol dan 1-butena.
Reaksi SN2 cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang lebih polar (air),
konsentrasi basa yang sedang, dan suhu sedang. Reaksi E2, cenderung terjadi
jika digunakan pelarut yang kurang polar, konsentrasi basa yang tinggi, dan
suhu tinggi. Seandainya kita mengganti alkil halida primer menjadi tersier,
reaksi substitusi akan terhambat (ingat, urutan reaktivitas untuk reaktivitas
SN2 adalah 1o >2o >> 3o). Tetapi, reaksi eliminasi akan cenderung
terjadi karena hasilnya adalah alkena yang lebih tersubtitusi. Pada
kenyataannya, dengan t-butil bromida, hanya proses E2 yang terjadi.
Ditinjau reaksi
antara alkil halida dengan kalium hidroksida yang dilarutkan
dalam metil alkohol. Nukleofilnya
adalah ion hidroksida, OH-, yaitu nukleofil kuat
dan sekaligus adalah basa kuat.
Pelarut alkohol kurang polar jika dibandingkan
dengan air. Keadaan-keadaan ini menguntungkan
proses-proses SN2 dan E2 jika
dibandingkan dengan SN1 dan E1.
Misalnya,
gugus alkil pada alkil halida adalah primer, yaitu 1-bromobutana.
Kedua proses dapat terjadi.
Hasilnya adalah
campuran 1-butanol dan 1-butena. Reaksi SN2 cenderung terjadi jika digunakan
pelarut yang lebih polar (air), konsentrasi basa yang sedang, dan suhu sedang.
Reaksi E2, cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang kurang polar,
konsentrasi basa yang tinggi, dan suhu tinggi.
Seandainya kita
mengganti alkil halida primer menjadi tersier, reaksi substitusi akan terhambat
(ingat, urutan reaktivitas untuk reaktivitas SN2 adalah 1o >2o >> 3o).
Tetapi, reaksi eliminasi akan cenderung terjadi karena hasilnya adalah alkena
yang lebih tersubtitusi. Pada kenyataannya, dengan t-butil
bromida, hanya proses E2 yang terjadi.
Ringkasannya, halida tersier bereaksi dengan
basa kuat dalam pelarut nonpolar memberikan eliminasi (E2), bukan subtitusi.
Dengan basa lemah dan nukleofil lemah, dan dalam pelarut polar, halida tersier
memberikan hasil utama subtitusi (SN1), tetapi sedikit eliminasi (E1) juga
terjadi. Halida primer bereaksi hanya melalui mekanisme-mekanisme SN2 dan E2,
karena mereka tidak terionisasi menjadi ion karbonium. Halida sekunder
menempati kedudukan pertengahan, dan mekanisme yang terjadi sangat dipengaruhi
oleh keadaan reaksi.
Akan terbentuk reaksi substitusi dan eliminasi jika
jumlah relative dari kedua produk tersebut tergantung pada kekuatan basa dan
keruahan nukleofil/basa.makin kuat dan meruah basa maka dapat terbentuk nya
eliminasi.dan sebalik nya makin lemah basa maka terbentuk substitusi contoh
nya: asam asetat pka=4,76 merupakan asam yg lebih kuat dari etanol pka=15,9
maka dapat disimpulkan asam asetat merupakan basa
lemah maka akan terjadi reaksi substitusi dan sebalik nya etanol merupakan basa
kuat dan terjadi eliminasi.
Reaksi SN dan reaksi E sering saling berkompetisi.
Penjelasan Bagian reaktif dari suatu nukleofil atau basa adalah pasangan
elektron bebas. Dengan demikian, semua nukleofil g, adalah basa yang potensial,
dan semua basa adalah nukleofil yang potensial.
SN2 vs E2Reaksi E2 terbantu oleh pemakaian basa kuat
(nukleofil kuat) pada konsentrasi yang tinggi.
2.Alkohol
dapat diubah menjadi eter atau sebaliknya. Jelaskan mengapa sifat kedua senyawa
tersebut berbeda kontras? Berikan contoh-contohnya
Jawab:
Keisomeran
Alkohol dengan rumus
umum R–OH dan eter dengan rumus umum R–O–R′ mempunyai
keisomeran fungsi.
Contoh:
C3H7 –OH
dengan CH3– O – C2H5
1–propanol metoksi etana
(propil
alkohol) (etil–metil eter)
Kedua senyawa
tersebut mempunyai rumus molekul sama, yaitu C3H8O
sedangkan gugus fungsinya berbeda. Jadi, alkohol dan eter mempunyai keisomeran
fungsi
Sifat-sifat
1) Eter mudah
menguap, mudah terbakar, dan beracun.
2) Bereaksi dengan
HBr atau HI.
3)
Eter tidak membentuk ikatan hidrogen di antara molekul-molekulnya,sehingga
titik didihnya lebih rendah jika dibandingkan dengan titik didih alkohol yang
massa molekul relatifnya sama. Titik didih
eter sebanding dengan
titik didih alkana
e.
Pembuatan
Eter dapat dibuat
dengan jalan mereaksikan alkohol primer dengan
asam sulfat pada suhu
140 °C.
2 CH3–CH2–OH ⎯⎯→ CH3–CH2–O–CH2–CH3 + H2O
f. Kegunaan
1)
Eter dalam laboratorium digunakan sebagai pelarut yang baik untuk senyawa kovalen dan sedikit larut dalam air.
2) Dalam bidang
kesehatan, eter banyak dgunakan untuk obat pembius atau anestetik.
Isomer yaitu senyawa
yang memiliki rumus molekul yang sama (jumlah atomnya sama) tetapi rumus
strukturnya berbeda, cara terikat atomnya berbeda. Disini dibedakan isomer
posisi dengan isomer fungsi. Isomer posisi adalah isomer senyawa yang
segolongan, sedangkan isomer fungsi adalah isomer yang golongannya berbeda.
sebagai contoh ada tiga buah senyawa yang sama-sama mempunyai rumus molekul C3H8O
CH3 - CH2 - CH2OH n- propanol
CH3 - CH - OH isopropanol
CH3
CH3 - O - CH2 - CH3 etil metil eter
Diantara ketiga senyawa itu, n -propanol dan isopropanol merupakan isomer posisi, sebab keduanya termasuk golongan alkohol. Adapun n-propanol dengan etil metil eter merupakan isomer fungsi, sebab masing-masing memiliki gugus fungsi tidak sama.
Di bawah ini tercantum tabel golongan yang meupakan isomer fungsi.
Golongan Rumus molekul
Alkohol - eter CnH2n+2O
Aldehid - keton CnH2nO
Asam karboksilat - ester CnH2nO2
sebagai contoh ada tiga buah senyawa yang sama-sama mempunyai rumus molekul C3H8O
CH3 - CH2 - CH2OH n- propanol
CH3 - CH - OH isopropanol
CH3
CH3 - O - CH2 - CH3 etil metil eter
Diantara ketiga senyawa itu, n -propanol dan isopropanol merupakan isomer posisi, sebab keduanya termasuk golongan alkohol. Adapun n-propanol dengan etil metil eter merupakan isomer fungsi, sebab masing-masing memiliki gugus fungsi tidak sama.
Di bawah ini tercantum tabel golongan yang meupakan isomer fungsi.
Golongan Rumus molekul
Alkohol - eter CnH2n+2O
Aldehid - keton CnH2nO
Asam karboksilat - ester CnH2nO2
Sifat Fisika Alkohol Dan Eter
1.Titik didih alkohol jauh
lebih tinggi dari pada titik didih eter pada senyawa dengan jumlah atom karbon
yang sama, misalnya etanol memiliki titik didih 78oC, sedangkan
dimetil eter titik didihnya 30oC. Hal ini diakibatkan oleh adanya
ikatan hidrogen pada alkohol, sedangakan eter tidak ada.
2.Bau eter lebih menyengat /
tajam dibanding alkohol.
3.Kelarutan alkohol dalam air
lebih tinggi dibanding eter.
Sifat fisika
alkohol dan eter
a) Titik
didih alkohol jauh lebih tinggi dari pada titik didih eter pada senyawa dengan
jumlah atom karbon yang sama, misalnya etanol memiliki titik didih 78oC,
sedangkan dimetil eter titik didihnya 30oC. Hal ini diakibatkan oleh
adanya ikatan hidrogen pada alkohol, sedangakan eter tidak ada. Bau eter lebih
menyengat / tajam dibanding alkohol.
b) Kelarutan
alkohol dalam air lebih tinggi dibanding eter.
Sifat-sifat kimia alkohol.
Alkohol bersifat lebih reaktif dibanding eter,
alkohol dapat mengalami reaksi-reaksi seperti di bawah sedangkan eter tidak.
Beberapa reaksi dari alkohol antara lain :
1. Bereaksi dengan logam Na menghasilkan garam
2
CH3OH + Na CH3ONa + H2
(g)
2. Bereaksi dengan asam karboksilat membentuk ester
(CH3)3-C-OH + HCl (CH3)3-C-Cl + H2O
4. Alkohol dapat mengalami reaksi oksidasi
Reaksi
ini dapat digunakan untuk membedakan alkohol primer, sekunder, dan
tersier
Daftar pustaka: