ISOMER STRUKTUR SENYAWA HIDROKARBON
DAN SISTIM NOMENKLATUR
Tujuan
Pembelajaran :
1. Menguasai dasar-dasar sitem nomenklatur menurut IUPAC
2. Memprediksi berbagai kemungkinan isomer structural
pada alkana
Bahan Kajian :
1. Sistim Nomenklatur
2. Isomer Struktural
3. Isomer pada Alkana
A. Sistim
Nomenklatur
Pada tahun 1800, pada awal kimia organik baru muncul,
semua senywa organik yang ditemukan belum diketahui strukturnya dan untuk
mengindentifikasinya harus diberi nama. Para ahli kimia yang memberi nama
senyawa organik tersebut lebih menekankan pada sifatnya, asalnya, atau sekadar
memuaskan penemunya. Contohnya, saatu senyawa yang diperoleh dari buah sitrun
(linau) disebut asam sitrat, asam urat ditemukan di urine, asam formiat
terdapat dalam semut, morfin merangsang tidur, tipe nama tersebut sebagai tipe
trivial atau nama umum.
Ketika banyak senyawa yang ditemukan atau yang
disintesis (sekarang senyawa organik lebih dari dua juta jenis) terasa makin
sukar memberi nama senyawa organik dengan nama trivial. Untuk mengatasi hal
tersebut, pada tahun 1892 di jenewa para ahli kimia membuat suatu peraturan
untuk tata nama kimia organik. Nama-nama itu disebut nama sistematik. Sistem
yang dikembangkan itu disebut sistem nomenklatur IUPAC (International Union of
Pure and Applied Chemistry) suatu perkumpulan para ahli kimia yang bertugas
memperbarui dan memperbaiki sistem ini secara berkala.
(Parning, Horale,
Tiopan.2006:110-113)
Jumlah karbon
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
20
|
30
|
Awalan
|
Met-
|
Et-
|
Prop-
|
But-
|
Pent-
|
Heks-
|
Hept-
|
Okt-
|
Non-
|
Dek-
|
Undek-
|
Dodek-
|
Tridek-
|
Tetradek-
|
Pentadek-
|
Eikos-
|
Triakont
|
Ø Aturan
Nomenklatur:
1. Awalan, yaitu cabang
2. Induk, yaitu menggambarkan struktur utama
3. Akihran, yaitu akhiran nama
Rumus = Awalan(Prefix) + Induk(Parent) + Akhiran(sufix)
Ø Aturan tata
nama IUPAC
1).
Senyawa-Senyawa Alkana
Senyawa-senyawa alkana, dengan rantai lurus karbon
tanpa ikatan rangkap, diberi nama berdasarkan jumlah atom karbon dalam
rantai terpanjang.
Jumlah atom C
|
Nama
|
Jumlah atom C
|
Nama
|
1
|
Metana
|
8
|
Oktana
|
2
|
Etana
|
9
|
Nonana
|
3
|
Propana
|
10
|
Dekana
|
4
|
Butana
|
15
|
Pentadekana
|
5
|
Pentana
|
20
|
Ikosana
|
6
|
Heksana
|
50
|
Pentakontana
|
7
|
Heptana
|
Dst
|
…
|
Contoh:
Pentana Propana
-
Jika terdapat cabang, letak cabang
pada rantai lurus diperhitungkan dan nama cabang diberi akhiran – il, misal:
metil, etil, propil, dst. Nama cabang ditulis sebelum nama rantai utama alkana.
Contoh:
3-etil 5-metil oktana
1. Senyawa-senyawa Alkena
-
Bila dalam rantai lurus senyawa
karbon terdapat satu atau lebih ikatan rangkap dua, senyawa tersebut disebuk
alkena.
-
Penamaan senyawa alkena sama seperti
dengan senyawa alkana, dengan akhiran –ana diganti menjadi – ena, seperti
propena, heptena, dst.
Contoh: 
1-propena
2). Senyawa-senyawa Alkuna
- Bila dalam rantai lurus senyawa karbon dapat terdapat
satu atau lebih ikatan rangkap tiga, senyawa tersebut disebut alkuna.
- Aturan penamaan Alkuna sama seperti
Alkena, hanya saja akhiran –ena diganti menjadi – una. Contoh:
1- propuna
3). Senyawa-senyawa Alkanol
- Bila dalam rantai lurus senyawa Alkana terdapat gugus
fungsi –OH, senyawa tersebut disebut Alkanol atau Alkohol
- Nama untuk senyawa Alkanol sama dengan penamaan untuk
senyawa alkana, dengan akhiran –a diganti menjadi –ol.
- Gugus fungsi –ol diberi nomor sesuai letaknya terhadap
ujung rantai terdekat. Nomor gugus fungsi diatur menjadi nomor paling kecil.
Contoh:
-OH
1-propanol
4). Senyawa-senyawa
Eter
- Suatu senyawa karbon disebut sebagai eter apabila di
dalam rantai karbonnya terdapat gugus
- O-.
- Merupakan isomer fungsi dari alkohol.
- Senyawa eter diberi nama mengikuti nama-nama gugus
alkil yang terikat pada gugus fungsi - O - , nama-nama alkil tersebut disusun
secara alfabetis dan diberi akhiran “eter”. Contoh:
etil metil eter
5). Senyawa-senyawa
Aldehid
- Senyawa aldehid adalah suatu rantai karbon yang
mengandung gugus fungsi karbonil
O
R R , dengan
salah satu dan/atau kedua R dapat diganti dengan gugus alkil
Aturan
penamaan aldehid sama dengan aturan penamaan alcohol, dengan akhiran –ol
diganti dengan –al.
Contoh:
etanal
6). Senyawa-senyawa
Keton
- Merupakan isomer fungsi dari aldehid.
- Sama dengan aldehid, hanya saja pada keton, kedua R
merepresentasikan gugus alkil, bukan suatu atom hidrogen.
- Aturan penamaan keton sama dengan aturan penamaan
aldehid, dengan akhiran –al diganti dengan –on.
Contoh:
2-propanon
7). Senyawa-senyawa
Asam Karboksilat
- Sama seperti aldehid dan keton, asam karboksilat juga
memiliki gugus karbonil, atom O yang berikatan rangkap dengan karbon.
- Gugus karbonil pada asam karboksilat berikatan lagi
dengan gugus hidroksil (-OH) , disebut pula sebagai gugus karboksilat, dan
memiliki rumus dasar R-COOH
- Penamaan asam karboksilat dibuat dengan cara
menentukan rantai karbon terpanjang (dan mengandung gugus karboksilat). Sistem
penamaan sama dengan penamaan alkana dengan mengganti akhiran –a dengan –oat
dan ditambah “asam” di depannya.
- Apabila mengandung cabang alkil, nomor cabang alkil
dihitung dari letaknya terhadap atom C yang mengandung gugus karboksilat.
Contoh:
Asam Etanoat
8). Senyawa-senyawa
Ester
- Ester merupakan hasil reaksi antara suatu asam
karboksilat dengan suatu alkohol. Selain itu Ester juga merupakan isomer fungsi
dari asam karboksilat.
- Ester memiliki rumus dasar R-COO-R’, dengan alkil R
berasal dari reagen asam karboksilat dan alkil R’ berasal dari reagen alkohol.
Penamaan
senyawa ester yaitu dengan menyebut alkil yang menggantikan atom H pada gugus
karboksilat dengan nama alkilnya, lalu kemudian alkil yang menempel pada gugus
karboksilat dengan nama karboksilatnya tanpa menyebut kata asam. Contoh:
Metil etanoat
9). Senyawa-senyawa Amina
- Senyawa-senyawa amina dapat pula disebut sebagai
turunan dari amonia.
- Senyawa amina memiliki rumus dasar R-NH2
- Penamaan senyawa amina yaitu dengan menyebutkan nama
alkil dari gugus alkil yang menempel pada NH2, dan diikuti dengan
kata “amina”. Contoh:
NH2 Etil amina
(Solomons. T.W.
Graham, Croly B. Fryhle.2011:154-156)
B. Isomer
Struktural
Isomer
structural adalah senawa-senyawa dengan rumus molekul yang sama tetapindengan
urutan penataan atom-atom yang berbeda. Isomer sruktural hanyalah satu macam
isometric. Macam kedua ialah isomeri geometric, yang diakibatkan oleh ketegaran
dalam molekul dan hanya dijumpai dalam dua kelas senyawa : alkena dan senyawa
siklik.
Variasi
dalam structural senyawa organic dapat disebabkan oleh jumlah atom atau jenis
atom dalam molekul. Tetapi variasi dalam structural ini dapat juga terjadi
karena urutan atom yang terikat satu sama lain dalam suatu molekul. Misalnya
untuk rumus C2H2O dapat ditulis dua rumus yang berlainan. Kedua rumus bagian
ini menyatakan dua senyawa berlainan. Kedua rumus bangun ini menyatakan dua
senyawa yang berlainan. Dimetil eter (t.d-23,60C), suatu gas yang
pernah digunakan sebagai refrigerant (gas dalam lemari es) dan sebagai suatu
gas dorong aerosol, serta etanol (td. 78,5 0C) suatu cairan yang
digunakan sebagai pelarut. Dan dalam minuman yang berakholol.
CH3OCH3 CH3CH2OH
Dimetil eter etanol
(suatu gas temperature kamar) (suatu cairan
temperature kamar)
Dua senyawa
atau lebh yang memiliki rumus molekul yang sama disebut isomer satu terhadap
yang lain. Jika senyawa-senyawa dengan rumus molekul yang sama itu memiliki
urutan atom yang berlainan, maka mereka mempunyai structural satu terhadap yang
lain. Dimetil eter adalah contoh sepang isomer structural.
Alkana yang
mengandyng tiga karbon atau kurang tidak memunyai isomer. Dalam tiga kasus,
terdapat satu cara untuk menata atom-atom.
Tak Berisomer :
CH4 CH3CH3 CH3CH2CH3
Metana Etana Propana
Alkana
empat-karbon (C4H10) mempunyai dua kemungkinan untuk menata atom karbon. Makin
banyak atom karbonnya, makin banyak isomernya. Rumus molekul C5H12 mempunyai
tiga isomer structural C6H14 lima isomer dan C10H22 75 isomer.
Terbentuknya
suatu gugus fungsional pada posisi yang berbeda-beda dalam sebuah molekul juga
akan menghasilkan isomer sruktural. Misalnya :
Alkohol:
1-propanol dan 2-prpanol adalah isomer structural yang sifatnya berbeda.
Alkena:
1-butens dan 2-butena juga merupakan isomer structural dengan sifat yang
berbeda.

1. Isomer
kerangka
Isomeri rangka adalah isomeri yang terjadi karena
perbedaan rangkanya, biasanya terjadi antara senyawa rantai lurus dengan
senyawa yang memiliki cabang, bisa pula antar senyawa yang memiliki cabang,
namun berbeda pada posisi dan jumlah cabang.
Contoh : butana memiliki dua isomer yaitu, normal
butana (n-butana) dan isobutana (2-metilpropana)
2. Isomeri Posisi
Isomeri
posisi adalah isomeri yang terjadi karena perbedaan posisi ikatan rangkap.
Isomeri ini hanya terjadi pada senyawa hidrokarbon tak jenuh (alkena dan
alkuna).
Contoh :
butena memilki dua isomer posisi yaitu, 1-butena dan 2-butena
3. Isomeri Geometri
Isomeri geometri
adalah isomeri yang disebabkan oleh perbedaan penataan ruang atom-atom dalam
molekul. Isomeri ini berbeda dengan isomeri sebelumnya, karena isomeri
jenis ini hanya terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan yang kaku dengan dua
sisi yang berlainan. Isomeri geometri hanya terjadi pada senyawa alkena.
Molekul di
alam tidaklah diam atau statis, namun melakukan banyak gerakan, diantara
gerakan yang paling umum adalah translasi (gerak lurus), rotasi (memutar), dan
vibrasi (bergetar). Salah satu gerak yang akan kita tinjau adalah gerak rotasi.
Pada senyawa alkana, dimana ikatan antar karbon adalah ikatan tunggal, maka
molekul akan dapat berputar pada sumbunya dengan putaran yang bebas.
Perhatikan, kita ambil contoh senyawa butana (CH3-CH2-CH2-CH3):
Kedua
struktur diatas adalah struktur dari senyawa yang sama, meskipun gugus –CH3
sepertinya berlainan tempat, namun karena molekul dapat berputar, maka struktur
tersebut dapat kembali ke struktur semula, dan ini dapat terjadi dalam waktu
yang sangat cepat.
Adapun untuk
senyawa yang mengandung ikatan rangkap (seperti alkena), ikatan rangkap
tersebut akan bersifat kaku sehingga tidak dapat berputar. Nah, karena ikatan
rangkap ini tidak dapat berputar, maka ketika ada dua senyawa yang memiliki
struktur berbeda, itu artinya kedua senyawa tersebut memang merupakan dua
senyawa yang berbeda sifat. Dengan kata lain, dua senyawa tersebut adalah
isomer satu sama lain. Perhatikan perbandingan di bawah ini :
Pasangan senyawa pada contoh nomor 2 diatas masuk
dalam kategori isomeri geometri atau nama lainnya isomeri cis-trans.
Jadi, isomeri geometri atau isomeri cis-trans terjadi karena gugus-gugus berada
pada satu sisi atau pada sisi yang berlawanan terhadap letak ikatan rangkap
dua. Dalam hal ini, ikatan rangkap membentuk semacam jembatan yang memiliki dua
cabang. Syarat terjadinya isomeri geometri adalah harus adanya dua
gugus yang berbeda yang terikat pada atom C yang sama. Isomer cis terjadi
jika gugus yang sama terletak sesisi (melewati jembatan), sedangkan
isomer trans terjadi jika gugus yang sama terletak berseberangan.
Contoh :
2-butena (CH3–CH=CH–CH3) memiliki dua isomer geometri,
yaitu :
Syarat
terjadinya isomeri cis-trans adalah :
- ada ikatan
rangkap dua
- ada dua
jenis gugus yang berbeda yang terikat pada atom C yang sama Sehingga, senyawa
propena (CH2=CH-CH3) tidak memiliki isomeri geometri
karena tidak terpenuhinya syarat kedua.
(Fessenden & Fessenden.2005:85-87)
C. Isomer Pada
Alkuna
Pada senyawa alkana, keisomeran dimulai dari senyawa
dengan rumus kimia C4H10 . Jenis isomernya, yaitu isomer
struktur. Perhatikan dua isomer yang dimiliki C4H10 serta
titik didihnya.
Cara
sistematis mencari jumlah kemungkinan isomer alkana adalah sebagai berikut.
Sebagai contoh kita pilih C6H14.
1) Mulailah dengan isomer rantai lurus
2)
Kemudian kurangi rantai induknya dengan satu atom karbon dan jadikan cabang.
Tempatkan cabang itu mulai dari atom karbon nomor 2, kemudian ke nomor 3, dan
seterusnya hingga semua kemungkinan habis. Untuk C6H14,
hanya ada dua kemungkinan
3) Selanjutnya, kurangi lagi rantai induknya. Kini,
dua atom atom karbon dijadikan cabang, yaitu sebagai dimetil atau etil. Sebagai
contoh isomer dengan dua cabang metal ada dua kemungkinan sebagai berikut.
Isomer dengan cabang etil untuk C6H14
tidak dimungkinkan, karena:
Jadi, untuk alkana dengan rumus molekul C6H14
ada 5 kemungkinan isomer

Jumlah atom C
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
15
|
20
|
Rumus molekul
|
C4H10
|
C5H12
|
C6H14
|
C7H16
|
C8H18
|
C9H20
|
C10H22
|
C15H32
|
C20H42
|
Jumlah isomer
|
2
|
3
|
5
|
9
|
18
|
35
|
75
|
4.347
|
366.319
|
Tabel berikut menunjukan perbedaan
titik didih dan titik lebur dari isomer senyawa heksana.
Tabel: titik didih dan titik lebur
isomer heksana (C6H14)
Struktur
|
Nama
|
Titik didih (oC)
|
Titik lebur (oC)
|
||
CH3-CH2-CH2–
CH2-CH2-CH3
|
n-heksana
|
69
|
-95
|
||
2-metil pentana
|
60
|
-154
|
|||
3-metil pentana
|
63
|
-118
|
|||
2,2-dimetil butana
|
50
|
-98
|
|||
2,2-dimetil butana
|
58
|
-129
|
Saya ingin menambahkan tentang jenis isomer sturktural yaitu Isomer fungsional
BalasHapusPada variasi dari struktur isomer ini, isomer mengandung grup fungsional yang berbeda- yaitu isomer dari dua jenis kelompok molekul yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah formula molekul C3H6O dapat berarti propanal (aldehid) or propanon (keton). Contoh yang lain diilustrasikan dengan formula molekul C3H6O2. Diantaranya terdapat struktur isomer yaitu asam propanoik(asam karboksilat) dan metil etanoat (ester).
terimakasih semoga bermanfaat ☺
Terimakasih atas penambahannya saudari sri,
BalasHapusHalo enda saya ingin bertanya, untuk penomoran pada cabang etil dan metil mana yang harus kita prioritaskan apabila diberi nomor pada posisi yang berlawanan mereka memiliki nomor yang sama ?
BalasHapusTerimakasih
Tatanama IUPAC menggunakan sejumlah awalan, akhiran, dan sisipan untuk mendeskripsikan jenis dan posisi gugus fungsi pada suatu senyawa.
HapusPada kebanyakan senyawa, penamaan dapat dimulai dengan menentukan rantai hidrokarbon Ingold Prelog jika ambiguitas masih saja ada pada struktur rantai hidrokarbon induk. Nama dari rantai induk dimodifikasi dengan akhiran gugus fungsi yang memiliki prioritas tertinggi, sedangkan gugus fungsi sisanya diindikasikan dengan awalan yang dinomori dan disusun secara alfabetis.
Dalam kebanyakan kasus, penamaan yang tidak mengikuti kaidah penamaan yang baik dan benar bisa menghasilkan nama yang masih bisa dimengerti strukturnya — tentu saja penamaan yang baik dan benar direkomendasikan untuk menghindari ambiguitas.
Sebagai contoh nama senyawa ]] induk dan mengidentifikasi gugus fungsi pada molekul tersebut. Penomoran alkana induk dilakukan dengan menggunakan [[kaidah prioritas Cahn
NH2CH2CH2OH
jika mengikuti aturan kaidah prioritas Cahn Ingold Prelog adalah 2-aminoetanol. Namun nama 2-hidroksietanaamina juga secara jelas merujuk pada senyawa yang sama.
Nama senyawa diatas dikonstruksi dengan cara sebagai berikut:
Terdapat dua karbon pada rantai induk, maka diberi nama dasar "et"
Karbon-karbon pada senyawa tersebut berikatan tunggal, maka diberi akhiran "an"
Terdapat dua gugus fungsi pada senyawa tersebut, yakni alkohol (OH) dan amina (NH2). Alkohol memiliki nomor atom dan prioritas yang lebih tinggi dari amina, dan akhiran dari alkohol adalah "ol", maka akhiran majemuk yang terbentuk adalah "anol".
Gugus amina tidak berada pada satu karbon yang sama dengan gugus OH (karbon nomor 1), namun melekat pada karbon nomor 2, oleh karena itu ia diidentifikasikan dengan awalan "2-amino".
Setelah awalan, nama dasar, dan akhirannya digabung, kita mendapat "2-aminoetanol".
Terdapat pula sistem penamaan lama untuk senyawa organik, dikenal sebagai tatanama umum, yang sering digunakan untuk menamakan senyawa yang sederhana maupun senyawa yang sangat kompleks sehingga nama IUPAC menjadi sangat panjang untuk digunakan.
saya ingin bertanya,diposisi manakah pada suhu kamar etilena tidak dapat diputar, mengapa demikian ?
BalasHapusEtilen merupakan suatu hormon yang dihasilkan secara alami oleh tumbuhan dan merupakan campuran yang paling sederhana yang mempengaruhi proses fisiologi pada tumbuhan. Proses fisiologi pada tumbuhan antara lain perubahan warna kulit, susut bobot, penurunan kekerasan, dan penurunan kadar gula. Etilen disebut hormon karena dapat memenuhi persyaratan sebagai hormon yang dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobile dalam jaringan tanaman, dan merupakan senyawa organik.
HapusStruktur Kimia dan Karakteristik Etilen
Etilen ( IUPAC nama: etena) adalah senyawa organik , sebuah hidrokarbon dengan rumus C2H4 atau H2C = CH2. Etena atau etilena ini merupakan senyawa alkena yang paling sederhana setelah asetilena (C2H2) karena hanya terdiri dari 2 atom karbon, dan 4 atom hidrogen (C2H4). Unsur-unsur ini terhubung oleh ikatan rangkap. Adanya ikatan rangkap penghubung inilah etena juga disebut sebagai olefin (hidrokarbon tak jenuh).sifat-sifat etilena:
1. senyawa hidrokarbon tidak jenuh pada suhu kamar berbentuk gas
2.tidak berwarna
3.berbau enak
4.titik didihnya sekitar -140C
jadi etilena itu bergerak kearah mana saja karena ia adalah gas, dimana gas itu bergerak bebas, atau bergerak kemana saja.
Hai enda, sesuai dengan postingan anda disini saya ingin bertanya, mengapa pada pemberian nama alkuna penomoran rantai induk di mulai dari ujung yang paling dekat dengan ikatan rangkap?
BalasHapusAturan Penamaan Senyawa Alkuna
HapusPeriksa jenis ikatannya, jika memiliki ikatan rangkap tiga, berarti senyawa tersebut merupakan senyawa alkuna.
Hitung jumlah atom C-nya.
Tuliskan awalan berdasarkan jumlah atom C-nya dan diakhiri dengan akhiran -una.
Jika jumlah atom C senyawa alkuna lebih dari 3, beri nomor setiap atom sedemikian rupa sehingga nomor paling kecil terletak pada atom C yang terikat ikatan rangkap tiga. Kemudian, penamaan senyawa diawali oleh nomor atom C pertama yang terikat ke ikatan rangkap 3, diikuti tanda (-) dan nama rantai induk. pemberian nama alkuna penomoran rantai induk dimulai dari ujung yang paling dekat dengan rangkap karena aturan penamaan memang menyarankan seperti itu. jadi dalam tata nama senyawa harus mengikuti aturannya.
Terima kasih enda
BalasHapusBagaimanakah Penamaan senyawa ester?? Berikan contohnya